Penderita dapat mengalami pembesaran gati, limpa, dan kelenjar getah bening, yang akan kembali normal pada masa penyembuhan
Upaya pencegahan dengan PSN DBD
Cara PSN DBD dilakukan dengan cara 3M yaitu:
1) Menguras dan menyikat tempat- tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum, dan lain- lain seminggu sekali.
2) Menutup rapat- rapat penampungan air, seperti gentong air/ tempayan dan lain-lain.
3) Mengubur atau menyingkirkan barang- barang bekas yang dapat menampung air hujan.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:
1) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali
2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/ rusak
3) Menutup lubang- lubang pada potongan bambu/ pohon, dan lain- lain (dengan tanah, dan lain-lain)
4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya ditempat- tempat yang sulit dkuras atau di daerah yang sulit air
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/ bak- bak penampungan air yang sulit dibersihkan atau tempat daerah sulit air
6) Memasang kawat kasa
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
9) Menggunakan kelambu
10) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
Keseluruhan cara tersebut diatas dikenal dengan istilah 3M Plus (Depkes,2005)
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
Menurut hasil penelitian Widiasih (2005) tentang hubungan perilaku ibu rumah tangga dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian DBD di Desa Adiwerna Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal, menyatakan adanya hubungan pengetahuan dan praktek responden dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan angka kejadian demam berdarah dengue. Hasil penelitian Shaloho (2011) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa Kalang Simbara Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara, menyatakan bahwa faktor pengetahuan, keberadaan jentik Aedes aegyti pada tempat penampungan air, ketersediaan tutup pada tempat penampungan air, frekuensi pengurasan tempat penampungan air, kebiasaan menggantung pakaian berhubungan dengan kejadian DBD. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wati (2009) tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.
Menurut hasil penelitian Duma (2007) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari faktor pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian, kondisi tempat penampungan air (TPA), kebersihan lingkungan, berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). faktor pekerjaan tidak ada hubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). Faktor tempat penampungan air (TPA) merupakan faktor yang paling berpengaruh dengan kejadian DBD. Menurut hasil penelitian Fathi (2005) tentang peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram, Menyimpulkan bahwa faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air, baik yang berada di dalam maupun di luar rumah menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue, merupakan faktor yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya kejadian luar biasa penyakit demam berdarah dengue di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Menurut Depkes (2007) Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD yaitu
1. Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan DBD
2. Mobilitas penduduk, memudahkan penularan dari satu tempat ketempat lain
3. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah
4. Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pengendalian yang dilakukan
5. Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke Puskesmas atau Rumah sakit.
6. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam maslah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.
7. Kerentanan terhadap penyakit pada individu, kekuatan dalam tubuh
8. Lingkungan fisik, macam Tempat Penampungan Air (TPA) baik didalam maupun diluar rumah sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti, pencahayaan pada TPA (gelap atau terang) dan sebagainya. Ketinggian tempat, curah hujan, hari hujan,kecepatan angin, suhu udara, tata guna tanah, pestisida dan kelembaban udara.
9. Lingkungan biologi, yang mempengaruhi penularan DBD terutama banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, karena mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan halaman rumah. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan, akan menambah tempat disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat dan memperpanjang umur nyamuk.
daftar pustaka
Anggraeni, D.S. 2010. Stop demam berdarah dengue. Bogor: Bogor Publishing House.
Depkes RI. 2004. Tata laksana demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Dirjen PP & PL Depekes RI Jakarta .
_______. 2005. Pencegahan dan pemberatasan demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta.: Dirjen PP & PL Depekes RI Jakarta
_______. 2006. Pedoman penanggulangan KLB-DBD bagi keperawatan di RS dan Puskesmas. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Jakarta.
_______. 2007. Survai entomologi demam berdarah dengue. Jakarta: Dirjen PP & PL Depekes RI Jakarta
Duma N.Dkk. 2007. Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari 2007.Vol 4 No.2. September 2007.
Fathi.Dkk. 2005. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.2. No.1. Juli 2005.
Shaloho R.E.Y. 2011. Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa Kalang Simbara Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara.Tasikmalaya. Poltekkes Kemenkes RI Tasikmalaya. Hal 57
Wati W.E. 2009. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan ploso Kecamatan pacitan tahun 2009. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widiasih.D.A.2005. Hubungan perilaku ibu rumah tangga dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian penyakit dbd di Desa Adiwerna Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Semarang. Universitas Diponogoro